MENJADI LAKI-LAKI YANG COLEH

  • 1
Mungkin ada yang bertanya di dalam hati apakah judul di atas salah tulis? Bukankah seharusnya ditulis "soleh", bukan "coleh"? Sebelum pembaca salah faham, sebaiknya saya langsung menjelaskan maksud judul di atas.

Saya memilih kata "coleh" bukan tanpa maksud. Kata tersebut sebenarnya adalah gabungan dari dua kata, yaitu "macho" dan "soleh". Tentu ada di antara para pembaca yang tertanya-tanya dan penasaran tentang istilah tersebut. Untuk itu, teruskan membaca penjelasan berikut. :)

Macho vs Soleh

Kira-kira apa yang terbayang di kepala Anda tentang seorang yang soleh? Seorang laki-laki berwajah sayu, berjenggot walaupun hanya beberapa helai, selalu berkopiah, berpakaian seadanya, kadang kala nampak kurang terurus karena mungkin terlalu sibuk dengan urusan ibadah dan tidak mempedulikan hal-hal yang bersifat keduniaan. Mungkin ada sebagian yang membayangkan seperti itu.

Bagaimana pula dengan laki-laki yang macho? Rambut tersisir rapi, berwajah optimis dengan senyuman yang memikat, bertubuh segar dan bugar walaupun tidak atletis, kebersihan dan aroma tubuh terjaga, berpakaian rapi dan sesuai dengan suasana, dan yang paling penting tidak merokok. :) Pokoknya berpenampilan bersih, rapi  dan elegan.

Kita biasa melihat laki-laki soleh yang tidak tampil macho. Begitu juga sebaliknya, laki-laki macho yang jauh dari kesan soleh. Bukan begitu? Padahal alangkah baiknya sekiranya kedua sifat tersebut berhimpun pada seorang laiki-laki. Sudah macho, soleh lagi! Macho dan soleh, Coleh. :)

Gambaran seorang laki-laki yang coleh adalah laki-laki dengan penampilan elegan (menjaga kebersihan dan kerapian badan serta pakaian), berkeperibadian menawan (kadar intelektual, emosional dan hubungan sosial yang memuaskan) serta kualitas dan kuantitas ibadahnya juga tidak sekadar lumayan (ibadah wajib memang sudah tiada masalah, malah sebagian ibadah sunat pun sudah menjadi al-wajibat al-yawmiyyah,  kewajiban harian).

Sadarkah kita, bahwa generasi salaf al-soleh dulu sebenarnya selain soleh juga macho? Mereka sering digambarkan dengan ungkapan kata "bagaikan rahib pada waktu malam dan pejuang yang gagah berani pada siangnya". 

Sesungguhnya sebaik-baik qudwah kita dalam segala hal adalah Rasulullah SAW.

Wallahu ta'ala a'lam.

KEMATIAN HATI

  • 0
Oleh: Ustadz Rahmat Abdullah (Allahumma irhamhu!)


Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya.

Banyak orang cepat datang ke shaf shalat layaknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi.

Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan tuhannya. Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa, tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri.

Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada izin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang Allah berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan Allah atasmu.

Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudhu' di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang. 

Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.

Al-Shiddiq Abu Bakar R.A. selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya Allah, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka," ucapnya lirih.

Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dan kata. Di mana kau letakkan dirimu?

Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut. Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil  di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.

Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat obyek maksiat menggodamu dan engkau menikmatinya?
Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada Allah, di mana kau kubur dia? 

Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. 

Ini potret negerimu: Seramai 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU, 25% mengaku telah berzina dan hampir separuhnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan. Dan masyarakat memanjakan mereka, karena "mereka masih di bawah usia".

Mungkin engkau mulai berfikir, "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktivis perempuan --bila engkau laki-laki atau sebaliknya-- di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kau perlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh." Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu. 

Ke mana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat?"

Saat engkau muntah melihat laki-laki (banci) berpakaian perempuan, karena kau sangat percaya kepada ustadzmu yang mengatakan, "Jika Allah melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat?"

Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang, "Ini tidak islami!" berarti ia paling islami, sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada Allah di sana?

Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justru engkau dihadang tantangan; sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga di depan ribuan massa.

Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan dan kebencian orang walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki. Kau tak mampu melawan berontak hatimu untuk tidak makan berdiri di tengah suatu resepsi mewah. Berbisiklah syaitanmu, "Jika kau duduk di lantai atau di kursi malam ini citra dakwah akan ternoda." Seakan engkau-lah pemilik dakwah ini.

Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter. Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitnya telah salah melangkah lebih dulu. 

Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"-nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi, lalu dengan enteng mengatakan, "Itu maharku, Allah waliku dan malaikat itu saksiku," dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah?

Siapa yang akan memandang ummat yang dainya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan, "Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam seperti ayah, bahkan lebih dekat daripada ayah kandung dan ayah mertua." Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alim al-lisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama?

Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktivitas dakwahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang nmenyihir? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini? Semoga ini tak terjadi pada dirimu, karena kafilah yang pernah berlalu tak sunyi dari peruntuh bangunan yang dibina dengan susah payah.

Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka. Tengoklah langkah mereka di mall. Betapa besar sumbangan mereka kepada modernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food, semata-mata karena nuansa "western-nya". 

Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu dengan perasaan, "Lihatlah, betapa Amerikanya aku." Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.

Mahatma Ghandi memimpin perjuangan dengan kain tenunan bangsa sendiri atau terompah lokal yang tak bermerk. Namun setiap ia menoleh ke kanan, maka 300 juta rakyat India menoleh ke kanan. Bila ia tidur di rel kereta api, maka 300 juta rakyat India akan ikut tidur di sana. Bila ia minta bangsanya mendongakkan kepala dengan bangga, maka 300 juta bangsa India akan tegak, walaupun tulang punggung mereka tak kuat lagi berdiri karena lapar dan kurang gizi.

Kini datang "pemimpin" ummat, ingin mengatrol harga diri dan gengsi ummat dengan pameran mobil, rumah mewah, "toko emas berjalan" dan segudang aksesori. Saat fatwa digenderangkan, telinga ummat telah tuli oleh dentam berita tentang hiruk pikuk pesta dunia yang engkau ikut mabuk di sana. "Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan uang yang kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil penyanyi lain yang kicaunya lebih memenuhi seleraku?"

KESIAPAN MENIKAH

  • 2
Sudahkah Anda benar-benar siap untuk menjadi suami bagi seorang isteri yang juga akan menjadi ibu kepada anak-anak Anda?

Ketika saya ditanya dengan pertanyaan seperti di atas, spontan di dalam hati saya menjawab bahwa saya sendiri belum pasti apakah saya sudah benar-benar siap atau belum. Pertanyaan di atas memang wajib ditanyakan kepada setiap insan yang akan melakukan ibadah nikah.

Di antara beberapa hal yang perlu dipersiapkan seorang laki-laki sebelum memikul amanah sebagai suami adalah kesiapan dari sudut spiritual, emosional, konsepsional, fisik, material dan sosial.

Persiapan-persiapan di atas itu tidak dapat diraih dengan begitu mudah. Melainkan perlu waktu dan proses untuk meraihnya. Untuk itu, ssaat masih memiliki banyak waktu, maka segeralah berupaya mempersiapkan diri sebelum memasuki gerbang rumah tangga kelak.

Saya sendiri sebenarnya telah sejak lama membuat persiapan untuk menyempurnakan sebahagian agama. Karena saya menyadari bahwa dengan menikah, bertambahlah amanah ke atas diri ini. Bukan seperti igauan sebagian calon pengantin yang hanya membayangkan tentang keindahan alam perkawinan sehingga lupa dengan tanggung jawab yang sedang menanti di depan.

Setelah berfikir seketika, saya merasa sepertinya akan begitu susah dan lama bagi seseorang untuk sampai pada satu tahap yang bisa dikatakan telah benar-benar siap. Walaupun hal itu sama sekali tidak mustahil.

Dalam buku "Di Jalan Dakwah Aku Menikah" halaman 43, Ustaz Cahyadi Takariawan menulis sebagai berikut,
Jangan sampai menunggu kesiapan Anda mencapai 100%, sebab rasa-rasanya Anda tidak akan berada dalam suatu kondisi di mana bisa mengatakan telah siap 100%. Cukuplah persediaan Anda mencapai sebagiannya, lebih dari 50%. Sisa kekurangannya, bisa Anda lakukan bersamaan dengan proses menuju pernikahan itu sendiri.
Namun sangat penting Anda merasa mantap dan tidak ragu-ragu, sebab Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita, "Tinggalkan hal-hal yang meragukanmu menuju hal-hal yang tidak meragukanmu" (H.R. Tirmizi).
Penting bagi Anda untuk berada dalam kondisi tidak ragu-ragu saat melakukan proses pernikahan. Anda harus berada dalam kondisi yang yakin bahwa Anda memang telah siap untuk menikah dengan segala resiko dan konsekuensi logisnya. Semoga Allah memberikan kemudahan kepada Anda untuk bisa memiliki kesiapan yang optimal saat memasuki proses pernikahan.
Kalau hanya berfikir pada kelemahan diri, maka yang nampak hanyalah tembok penghalang yang sangat besar dan kokoh. Tapi bila mengenangkan kuasa Al-Rahman yang tidak terbatas, maka diri ini berani berharap bahwa segalanya bisa dihadapi dengan baik, insya Allah.

What can I say, "I am praying. And I always pray to Allah to give me the best decision for the rest of my life. Because He loves me. And He knows what is the best for me."

TIPS MEMILIH JODOH | ANTARA SHALAT DAN JODOH

  • 0


Wanita dinikahi karena empat hal. Karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan selamat. (H.R. bukhari dan Muslim)

Shalat adalah tiang agama. Barangsiapa mendirikannya, maka dia telah mendirikan agama. Dan barangsiapa meninggalkannya, maka dia telah menghancurkan agama. (Hadis)

Saya yakin ramai yang pernah mendengar bahkan mengingat kedua hadis di atas. Hadis yang pertama adalah salah satu dari sekian banyak hadis Nabi SAW yang menjadi pedoman bagi yang akan mendirikan rumah tangga. Sedangkan yang kedua adalah hadis tentang kepentingan menjaga shalat wajib 5 waktu.

Mungkin sudah banyak pembahasan tentang hadis di atas. Tapi rasanya tidak salah kalau saya ikut mencoba untuk membahas kaitan antara shalat dan pemilihan pasangan (jodoh).

Kalau kita perhatikan perintah shalat dalam Alqur'an, kita akan menemukan bahwa perintah itu selalu dimulai dengan alif qaf dan mim yang biasa diterjemahkan dengan mendirikan, meskipun sebenarnya terjemahan tersebut kurang tepat. Karena menurut al-Qurtuby dalam tafsirnya, aqimu bukan diambil dari kata qama yang berarti berdiri tetapi kata itu mempunyai makna bersinambung dan sempurna. Sehingga perintah shalat tersebut berarti melaksanakannya dengan baik, khusyu' dan bersinambung sesuai dengan cara yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW.

Lalu, apa kaitannya antara shalat dan jodoh? Saya akan menjawab dengan pertanyaan. Bukankah shalat itu tiang agama? Dan bukankah memilih jodoh yang baik itu karena agamanya? Kalau kita membahas tentang agama secara menyeluruh, pembahasannya akan sangat luas. untuk itu saya mengambil shalat sebagai kayu ukur (sample) dalam menentukan kualitas agama seseorang. Jadi bagi yang ingin menentukan pilihan jodoh (terutama bagi perempuan), perhatikanlah shalat calon pendamping hidup Anda!

Apakah (1) shalatnya masih tinggal-tinggal atau (2) shalatnya lengkap 5 waktu tapi sering atau kadang dilakukan pada waktu injury time. Atau (3) shalatnya lengkap 5 waktu dan sering di awal waktu tapi belum berjamaah. Atau (4) shalat 5 waktunya berjamaah tapi belum semua. Biasanya hanya shalat maghrib yang dilakukan dengan berjamaah. Atau (5) shalat 5 waktunya selalu berjamaah di masjid atau surau. Hanya uzur yang disyariatkan saja yang menghalanginya untuk tidak berjamaah di mesjid atau surau.

Itu baru dari segi zhahir, apa yang bisa dilihat. Belum termasuk yang bathin (bukan shalat bathin ya!), yang tidak bisa dilihat seperti ilmunya tentang shalat, niat, bacaan, khusyu' dan sebagainya (kalau masih ada). 

Kalau calon Anda adalah jenis yang (1) atau (2), saya sangat menyarankan supaya Anda tidak meneruskan niat Anda untuk menikah dengannya. Mungkin Anda menganggap bahwa dia bisa berubah setelah menikah dan punya anak. Silakan Anda beranggapan demikian, saya hanya menyarankan. Sebab pada pendapat saya, orang yang melengah-lengahkan shalat apa lagi sampai meninggalkannya adalah orang yang tidak amanah kepada Allah SWT dan dirinya sendiri. Kalau dengan Allah SWT dan diri sendiri saja dia sudah biasa berkhianat, maka sangat mungkin dia juga bisa berbuat demikian kepada Anda dan keluarga.

Sedangkan yang (3) dan (4), masih bisa dipertimbangkan. Tapi kalau ada yang (5) bukan berarti tidak perlu mempertimbangkan hal lainnya. Karena itu baru aspek shalat, belum termasuk aspek agama yang lainnya. Tapi kalau shalat yang tiang agama, hal yang membedakan antara seorang muslim dan kafir (H.R. Muslim, Kitab al-Iman: 82), juga hal yang pertama kali dihisab paha hari akhirat (H.R. Tirmidzi: 413 dan Ibn Majah: 1425) saja sudah tampak cacat, kira-kira bagaimana pula dengan aspek agama yang lain?

Manusia bertindak berdasarkan dia tahu, mau dan mampu. Tentang tahu, Islam memang mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Bahkan wahyu pertama adalah tentang cara mendapatkan ilmu, baca. Namun sekedar tahu saja juga tidak cukup. Seseorang harus mau dan mampu membuktikan apa yang dia tahu dengan perbuatannya.

Karena berapa ramai lulusan sekolah agama bahkan pesantren tetapi belum mau dan mampu mengamalkan apa yang dia tahu. Berapa ramai yang bergelar sarjana, master, doktor dan bahkan profesor dalam bidang Islam yang kuliah dan ceramahnya di mana-mana tapi untuk melihatnya shalat berjamaah di masjid atau surau begitu susah. Padahal jarak rumahnya dengan tempat ibadah hanya beberapa langkah. Apakah kesibukannya selalu menghalanginya untuk shalat berjamaah? I dont think so.

DAYAH JEUMALA AMAL DALAM KENANGAN

  • 3
Cerita ini bermula pada saat-saat terakhir saya berstatus pelajar kelas VI D MIN Banda Aceh (dulu dikenal dengan MIN Jambo Tape). Saya harus menentukan langkah saya, memilih batu pijakan yang terbaik (setidaknya menurut saya) dalam melanjutkan pendidikan.

Orang tua saya menawarkan tiga pilihan yang menurut saya sama-sama bagus; [1] MTsN I Banda Aceh, [2] Dayah Jeumala Amal dan [3] Ma'had Bustanul Ulum. Entah bagaimana akhirnya pilihan saya jatuh kepada Dayah Jeumala Amal (DJA) yang berlokasi di Lueng Putu, Pidie. 

Mungkin karena lokasinya tidak terlalu dekat dengan rumah, juga tidak telalu jauh. Selain itu, lokasinya dekat dengan rumah Wak (kakak ibu) saya di Beureunun dan saudara saya juga pernah belajar di sana. Sepertinya memang sudah menjadi tabiat manusia lebih percaya dan suka mengikuti orang yang dekat dengannya.

Disingkatkan cerita, lebih kurang tiga tahun saya menimba ilmu dan pengalaman di sana. Hari ini, setelah lebih kurang 14 tahun meninggalkan DJA, saya merasa sangat bersyukur pernah bersekolah di sana. Saya menjadi seperti sekarang ini bisa dikatakan karena didikan yang pernah saya dapatkan di sana.

Ibarat sebuah komputer, saya dan kawan-kawan di-install dengan berbagai program. Terkadang kami juga sempat terserang virus-virus yang mengganggu atau bahkan merusak program-program tersebut. Kalau sudah begitu, maka bersiaplah untuk mendapatkan perawatan anti virus. :)

Ada begitu banyak program yang di-install kepada saya dan kawan-kawan selama 3 tahun di DJA. Di antara program yang di-install kepada saya dan kawan-kawan ialah:

1. Pemberian
mufradat/vocabularies pada setiap pagi dan sore hari Sabtu hingga Kamis (karena DJA cuti pada hari Jum'at). 


Pembina akan menuliskan 2 mufradat/vocabularies berserta contohnya. Kemudian semua pelajar membaca mufradat/vocabularies tersebut bersama-sama. Setelah itu beberapa orang pelajar diminta untuk membuat kalimat dengan mufradat/vocabularies tersebut. Setiap mufradat/vocabularies wajib dicatat dan dibuatkan 1 contoh kalimat. Pada Kamis sore buku mufradat/vocabularies dikumpulkan kepada pembina untuk diperiksa, dinilai dan dikoreksi.

2. Kewajiban
berkomunikasi dalam bahasa Arab atau Inggris

Jika ketahuan berkomunikasi selain dalam bahasa tersebut, bersiaplah untuk dihukum di mahkamah yang akan dilaksanakan pada setiap malam hari Sabtu hingga Kamis. Jasus atau spy alias mata-mata yang bertindak sebagai pemberi laporan pelanggaran kepada pembina harus menjalankan tugas dengan profesional. Di antara butir-butir yang wajib disampaikan dalam laporannya kepada pembina adalah nama pesalah, kalimat haram yang disebutkan, nama kawan bicara, waktu, tempat dan nama saksi.

3. Wajib
shalat berjamaah di mushalla. 

Di antara peraturan yang ditetapkan adalah: 
- Haram berada di asrama pada saat azan dikumandangkan. Jadi sebelum lafaz "Allahu Akbar" terdengar, asrama sudah kosong. 
- Wajib berada di mushalla sebelum azan selesai. Jadi sebelum lafaz "La ilaha illa Allah" habis, wajib sudah berada di mushalla.
- Haram berbicara kosong atau tidur sehingga pelaksanaan ibadah selesai (termasuk wirid, doa dan tilawah Qur'an setelah shalat). 

Melanggar peraturan tersebut berarti mendaftarkan diri untuk dihukum di mahkamah. Kadang kala mahkamah (bahasa dan ibadah) bisa menjadi ajang balas dendam. Hari ini saya masuk mahkamah karena laporan Anda, besok Anda akan masuk mahkamah karena saya. Jasus oh jasus! :D

4. Muhadatsah/Coversation pada setiap pagi Jum'at. 

Setelah subuh hari Jum'at, semua pelajar menurut kelas masing-masing membuat dua barisan yang saling berhadapan. Departemen Bahasa akan memberikan tema Muhadatsah/Coversation. Kemudian pelajar dipersilakan untuk berbicara dengan pasangan/kawan yang ada di hadapannya dalam tema yang telah ditentukan. 

Kadang-kadang setelah Muhadatsah/Converstion, para pelajar akan berjalan atau jogging ke arah Teupin Raya atau Langgien. Pulang dari sana, para pelajar akan berkumpul kembali (bagi pelajar laki-laki biasanya di lapangan basket/volley) untuk program ishlah al-lughah dan seterusnya pembagian tempat gotong royong menurut kelas masing-masing.

5. Muhadharah/Public Speaking

Dalam seminggu ditetapkan satu malam untuk malam Muhadharah/Public Speaking, yaitu bepidato dalam bahasa Indonesia, Arab atau Inggris secara bergiliran. Di samping itu, ada juga yang bertugas menjadi MC, tilawah Qur'an, membaca salawat, hiburan dan doa. Bagi yang mendapat tugas berpidato, sebelum tampil wajib menulis teks pidatonya di buku tulis khusus dan menyerahkan teks tersebut kepada pembina untuk diperiksa, dinilai dan dikoreksi.

6. Gotong royong secara bergilir. 

Ini salah satu program yang agak unik bagi saya. Pelajar kelas 1, 2 dan 3 (setiap angkatan ada 2 kelas) bertugas membersihkan dayah pada setiap pagi hari Sabtu hingga Kamis secara bergiliran. 

Gotong royong perdana pula akan diadakan pada pagi hari Jum'at setelah Muhadatsah/Coversation. Tempat gotong royong favorit pada hari Jum'at adalah di mushalla. :D 

Bagi yang mendapat tugas membersihkan depan asrama termasuk depan Rumoh Aceh, maka cara kerjanya begini. Semua anggota kelas berbaris satu barisan menghadap ke pagar. Kemudian semua berjalan ke arah pagar sambil mengutip setiap sampah yang ditemui. Dalam waktu singkat sampah berhasil dikumpulkan. :)

7. Beasiswa kepada juara umum. 

Setiap kali sebelum acara pembagian rapor di kelas masing-masing, semua pelajar berkumpul di bawah rumoh Aceh untuk mendengar pengumuman juara umum menurut jenjang pendidikan; Tsanawiyah dan Aliyah. 

Selain jadi terkenal (maklum saja karena kelas pelajar laki-laki dan perempuan terpisah, jadi kurang mengenal antara satu sama lain), sang juara juga mendapat hadiah dan beasiswa berupa potongan biaya bulanan menurut prestasi yang diraihnya. 

Program ini sangat memotivasi pelajar untuk terus meningkatkan atau minimal mempertahankan prestasi. Pelajar angkatan 1996-1999 yang pernah mendapat juara umum (seingat saya) ialah Ihsan Mahmud (kelas A) dan Ansharullah (kelas B). Saya sendiri tidak ingat apakah pernah dapat atau tidak. :"> Tapi yang selalu jadi langganan dan tidak pernah tidak dapat juara umum adalah Nur Izzati (kelas C). :-bd

8. Perlombaan pada moment tertentu. 

Seperti 17 Agustusan (Hari Merdeka) dan apa lagi ya? Ada yang ingat? :( Perlombaan tersebut ada yang berbentuk ilmiah seperti lomba azan, shalat berjamaah, pidato, drama bahasa (teringat pernah jadi aktor drama dadakan waktu kelas I), dan lain-lain. Ada juga yang berbentuk jasadiah seperti bola kaki, volley, ping-pong, tarik tambang dan lain-lain. Kalau masalah perlombaan, kelas A dan kelas B dapat dipastikan selalu bersaing ketat. :D

Apa lagi ya? Kalau ada alumni DJA yang singgah mampir di sini, tolong masukannya di komen ya.

Terima kasih.