KESIAPAN MENIKAH

  • 2
Sudahkah Anda benar-benar siap untuk menjadi suami bagi seorang isteri yang juga akan menjadi ibu kepada anak-anak Anda?

Ketika saya ditanya dengan pertanyaan seperti di atas, spontan di dalam hati saya menjawab bahwa saya sendiri belum pasti apakah saya sudah benar-benar siap atau belum. Pertanyaan di atas memang wajib ditanyakan kepada setiap insan yang akan melakukan ibadah nikah.

Di antara beberapa hal yang perlu dipersiapkan seorang laki-laki sebelum memikul amanah sebagai suami adalah kesiapan dari sudut spiritual, emosional, konsepsional, fisik, material dan sosial.

Persiapan-persiapan di atas itu tidak dapat diraih dengan begitu mudah. Melainkan perlu waktu dan proses untuk meraihnya. Untuk itu, ssaat masih memiliki banyak waktu, maka segeralah berupaya mempersiapkan diri sebelum memasuki gerbang rumah tangga kelak.

Saya sendiri sebenarnya telah sejak lama membuat persiapan untuk menyempurnakan sebahagian agama. Karena saya menyadari bahwa dengan menikah, bertambahlah amanah ke atas diri ini. Bukan seperti igauan sebagian calon pengantin yang hanya membayangkan tentang keindahan alam perkawinan sehingga lupa dengan tanggung jawab yang sedang menanti di depan.

Setelah berfikir seketika, saya merasa sepertinya akan begitu susah dan lama bagi seseorang untuk sampai pada satu tahap yang bisa dikatakan telah benar-benar siap. Walaupun hal itu sama sekali tidak mustahil.

Dalam buku "Di Jalan Dakwah Aku Menikah" halaman 43, Ustaz Cahyadi Takariawan menulis sebagai berikut,
Jangan sampai menunggu kesiapan Anda mencapai 100%, sebab rasa-rasanya Anda tidak akan berada dalam suatu kondisi di mana bisa mengatakan telah siap 100%. Cukuplah persediaan Anda mencapai sebagiannya, lebih dari 50%. Sisa kekurangannya, bisa Anda lakukan bersamaan dengan proses menuju pernikahan itu sendiri.
Namun sangat penting Anda merasa mantap dan tidak ragu-ragu, sebab Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita, "Tinggalkan hal-hal yang meragukanmu menuju hal-hal yang tidak meragukanmu" (H.R. Tirmizi).
Penting bagi Anda untuk berada dalam kondisi tidak ragu-ragu saat melakukan proses pernikahan. Anda harus berada dalam kondisi yang yakin bahwa Anda memang telah siap untuk menikah dengan segala resiko dan konsekuensi logisnya. Semoga Allah memberikan kemudahan kepada Anda untuk bisa memiliki kesiapan yang optimal saat memasuki proses pernikahan.
Kalau hanya berfikir pada kelemahan diri, maka yang nampak hanyalah tembok penghalang yang sangat besar dan kokoh. Tapi bila mengenangkan kuasa Al-Rahman yang tidak terbatas, maka diri ini berani berharap bahwa segalanya bisa dihadapi dengan baik, insya Allah.

What can I say, "I am praying. And I always pray to Allah to give me the best decision for the rest of my life. Because He loves me. And He knows what is the best for me."

2 comments:

  1. salam...
    syukran atas perkongsian yg saya kira agak meninggalkan kesan yg mendalam terhadap diri saya...
    saya akan melangsungkan pertunangan tidak lama lagi... namun begitu, saya acap kali suka meletakkan diri saya dengan jawapan mampukah aku..? bisakah aku memikul tanggungjawab sbg seorang isteri..? bersediakah aku..? persoalan ini kerap kali menerjah segenap ruang fikiran sehingga tidak mahu lagi untuk menikah... harusnya gimana ya..?
    tetapi, setelah membaca petikan di dlam buku " Di Jalan Dakwah Aku Menikah" sedikit sebnyak telah menyuntik rasa kesediaan.. insyaAllah.. moga Allah permudah..

    ReplyDelete
  2. Wa alaikumussalam.

    Pertamanya, ucapan tahniah daripada saya atas pertunangan yang akan dilaksanakan nanti.

    Saya pasti sebelum ini sedikit sebanyak Saudari telahpun melakukan persediaan untuk menghadapi situasi ini.

    Teruskan usaha itu. Kerana proses memperbaiki diri mesti dilakukan secara berterusan. Dan iringi pula ikhtiar Saudari dengan doa dan tawakkal kepada Allah SWT.

    Semoga segala urusan Saudari dalam proses menyempurnakan sebahagian agama ini berjalan lancar sesuai perancangan. Amin!

    Akhirnya kepada Allah jualah kita kembalikan segala urusan.

    Wassalamu alaikum

    P/s:
    Pernikahan adalah suatu ibadah. Syarat diterimanya suatu ibadah adalah kemurnian ikhlas pada niat serta mengikut panduan yang diajarkan syariat. Tidak mungkin suatu ibadah itu boleh mencapai redha Allah jika dalam proses perlaksanaannya ternoda oleh hal-hal yang bercanggah dengan kehendak-Nya.

    ReplyDelete