RANGKAIAN IBADAH NIKAH VOL 2 (BERTUNANG)

  • 0
Ada pembaca yang bertanya kepada saya tentang hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan, termasuk tentang pertunangan. Saya sadar bahwa saya bukanlah orang yang pakar dalam hal ini. Apa yang saya tulis hanyalah sekadar berbagi ilmu dan pengalaman yang tidak seberapa. Harapan saya, semoga ada manfaat walaupun sedikit dari apa yang saya tuliskan.

Kali ini saya menulis tentang pengalaman pertunangan saya. Mudah-mudahan sekaligus bisa menjawab sebagian pertanyaan yang pernah diajukan kepada saya. Tulisan ini juga merupakan sambungan dari kisah sebelumnya. Bagi yang belum membaca bagian sebelum ini, dipersilakan untuk terlebih dulu membaca RANGKAIAN IBADAH NIKAH VOL 1. Terima kasih!

Tempo Pertunangan

Saya bersyukur karena tempo pertunangan saya dan isteri sangat singkat. Saya berta'aruf sekaligus berkhitbah (secara syara', bukan secara adat) dengan isteri saya pada tanggal 11 April dan kami menikah pada tanggal 11 Juni. Hanya 2 (dua) bulan jarak di antara pertemuan kami kali pertama dengan majlis pernikahan kami.

Hikmahnya, dalam jangka waktu tersebut kami lebih disibukkan dengan hal-hal pengurusan pernikahan. Ini juga menyebabkan saya dan isteri lebih mudah dalam menjaga perhubungan agar tidak ternoda dan terhindar dari sebarang fitnah.

Selama tempo pertunangan kami hanya bertemu 3 kali. Yaitu (1) ketika kami memilih kain dan mengukur pakaian untuk acara walimah, (2) ketika mengurus dokumen pernikahan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur dan (3) pada waktu mengurus dokumen pernikahan di Jabatan Hal Ehwal Agama Islam Negeri sembilan di Seremban. Kesemua pertemuan itu disertai oleh ayah mertua saya. :)

Tentang perhubungan lainnya. Kami pernah berhubung melalui e-mail, Yahoo Messenger dan sms dengan syarat hanya berhubung untuk hal-hal yang perlu. Insya Allah kita bisa mengukur sendiri bagaimana yang dimaksud dengan perlu atau tidak. Tapi jangan pula disebabkan begitu, sengaja mencari-cari 'keperluan' agar bisa berhubung.

Bagaimana dengan pembicaraan melalui telefon? Sekedar informasi, saya baru berbicara melalui telefon dengan isteri saya setelah acara walimah al-'urs. :D Karena saya termasuk jenis laki-laki yang tidak berbicara dengan perempuan kecuali benar-benar perlu dan mendesak. Unsur perlu saja tidak cukup, mesti ditambah unsur mendesak juga. Mungkin disebabkan hal ini saya pernah dianggap 'sombong' oleh sebagian kawan-kawan perempuan. :) Alhamdulillah selama bertunang tidak ada keadaan yang membuat kami mesti berhubung dengan pembicaraan melalui telefon.

Bersambung lagi...


Catatan:

Walaupun seorang laki-laki dan perempuan telah bertunang, pada hakikatnya perhubungan di antara mereka masih seperti perhubungan di antara laki-laki dan perempuan yang ajnabi (asing). Malah terkadang perlu lebih dibatasi berbanding dengan orang yang tidak bertunang. Karena dalam tempo bertunang, sedikit-sebanyak hati dan perasaan bisa bergejolak dan ternoda oleh godaan musuh #1 manusia, setan.

Bagi sebagian orang yang berhasil dipengaruhi oleh setan, terutama yang kurang faham tentang batas pergaulan antara laki-laki dan perempuan di dalam Islam, pertunangan bisa menjadi justifikasi (pembenaran) baginya untuk melakukan 'apa saja' bersama pasangannya. Karena dia beranggapan bahwa nantinya mereka akan menikah juga. Padahal tidak sedikit ikatan pertunangan yang kesudahannya tidak sesuai harapan.

Setan senantiasa berusaha untuk merusak niat dan proses ibadah nikah hamba-hamba Allah dengan berbagai cara. Setan sangat kreatif dalam menjerumuskan anak Adam ke dalam lembah dosa. Hanya dengan perlindungan-Nya saja kita bisa terlepas dari tipu daya setan. Maka mohonlah kepada Allah SWT supaya diberi kekuatan dan senantiasa dijaga.

No comments:

Post a Comment