RANGKAIAN IBADAH NIKAH VOL 1 (TA'ARUF)

  • 1
Alhamdulillah! Segala puji bagi Allah karena pada 2 (dua) minggu yang lalu acara walimah kami di rumah keluarga istri saya di Taman Paroi Jaya, Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia berjalan dengan lancar, mudah dan sederhana.

Saya pribadi menganggap bahwa pernikahan itu adalah suatu ibadah. Syarat diterimanya suatu ibadah adalah kemurnian ikhlas pada niat serta sesuai dengan panduan syariat. Semua hal yang berkaitan dengan pernikahan (dari awal saya berkenalan dengan calon istri saya, ketika berlangsungnya ta'aruf, khitbah, sehingga majlis akad nikah dan seterusnya walimah) merupakan rangkaian ibadah nikah yang akhirnya diharapkan bermuara kepada ridha Allah. Mana mungkin sutau ibadah bisa mencapai ridha Allah jika dalam proses pelaksanaannya ternoda oleh hal-hal bertentangan dengan kehendak-Nya?

Untuk itu saya sedaya upaya memastikan proses ibadah ini berjalan sesuai dengan syariat dan tidak ternoda oleh maksiat.

Di sini saya ingin berbagi pengalaman kepada pembaca sekalian bagaimana rangkaian perjalanan ibadah nikah saya berlangsung. Saya sadar bahwa proses yang saya lalui tersebut tidak sepenuhnya layak dijadikan teladan. Tetapi semoga ada sedikit nilai kebaikan yang bisa diambil dari pengalaman tersebut. Amin!

Proses Ta'aruf dan Khitbah

Proses ini berawal dari seorang sahabiyah (sahabat perempuan) yang menawarkan jasa baiknya untuk menjodohkan saya dengan seorang dosen (Bahasa Malaysia: pensyarah) dari universitas tempatnya belajar. Menanggapi tawarannya tersebut, saya mengirimkan bio data saya kepadanya via e-mail. Dan dia menceritakan sekilas tentang muslimah yang ingin dijodohkan dengan saya itu via sms. Fasilitas teknologi cukup berperan dalam proses ini. :)

Beberapa hari kemudian (6/4) saya dihubungi kembali olehnya dan diberitahukan bahwa orang tengah alias perantara dalam hal ini untuk seterusnya akan diambil alih oleh sahabiyah yang lain memandangkan perantara tersebut adalah kawan baik muslimah itu ketika masih belajar di luar negara suatu ketika dulu.

Perantara tersebut juga kebetulan dulunya adalah wakil (Bahasa Malaysia: timbalan) saya ketika sama-sama aktif di organisasi mahasiswa. Singkat cerita, bio data saya dikirim kepada muslimah (calon istri) saya tersebut. Sedangkan saya atas kehendak sendiri meminta supaya tidak dikirimi bio data apa lagi photo muslimah itu. Karena menurut saya kalau memang proses ini jadi diteruskan, maka nantinya saya akan mengenalnya juga dan kalau tidak jadi, akan lebih mudah bagi saya untuk melupakannya. Di samping itu, hal ini juga demi menjaga kebersihan hati dan niat. Tapi akhirnya kedua sahabiyah itu memberikan sekilas informasi tentang muslimah tersebut via sms.

Pada saat ini shalat hajat serta istikharah menjadi suatu kemestian. Kedekatan hubungan dengan Allah sangat penting dalam rangka memohon petunjuk, diberikan ketenangan hati dan kesucian niat.

Keesokan paginya (7/4), saya langsung dihubungi oleh ayah muslimah tersebut. Berdebar-debar hati saya ketika itu. :D Dalam perbincangan melalui handphone, saya diminta untuk berkunjung ke rumahnya di Seremban bagi sesi ta'aruf lebih lanjut. :) Disebabkan saya bertugas di Kuantan, saya hanya bisa memenuhi permintaan tersebut paling cepat pada akhir pekan.

Kebetulan pada waktu itu Ayah dan Bunda saya sedang berada di rumah kakak saya di Melaka. Jadi saya menawarkan supaya orang tua saya bisa bersilaturahim lebih dulu ke sana karena mereka 2 (dua) hari kemudian akan segera kembali ke Aceh.

Malam itu juga atas kesediaan dan bantuan abang ipar saya, orang tua dan keluarga kakak saya akhirnya bersilaturahim ke rumah calon istri saya di Seremban. Bunda sempat bertanya tentang calon menantunya itu kepada saya namun tidak banyak yang bisa saya ceritakan.

Setelah keluarga saya pulang dari sana, saya menanyakan pendapat Ayah dan Bunda tentang gadis tersebut. Jika mereka ridha, saya akan bertambah yakin bahwa ini adalah pilihan-Nya atas istikharah saya. Intinya mereka bersikap positif jika saya ingin melanjutkan proses seterusnya. Alhamdulillah!

Pada akhir pekan, saya dan keluarga kakak saya berkunjung ke Seremban untuk berta'aruf langsung dengan muslimah tersebut serta keluarganya. Kami tiba di sana pada siang hari. Begitu sampai, langsung dijamu makan siang. Setelah itu kami sekeluarga shalat zhuhur. Kemudian dilanjutkan dengan acara puncaknya yaitu sesi ta'aruf.

Tidak banyak yang kami bicarakan pada waktu itu. Saya dan muslimah itu diselubungi oleh perasaan malu. Kami malu untuk menyapa, bertanya, berbicara, apatah lagi bertatap muka. Kepala saya hanya tertunduk dan tidak mampu terangkat walaupun untuk sekedar mencuri-curi lihat.

Perjumpaan pada waktu itu di samping untuk proses ta'aruf sekaligus menjadi proses khitbah (pertunangan) antara saya dengannya. Kemudian kami langsung masuk ke perbincangan tentang tanggal pernikahan. Alhamdulillah! Proses yang terjadi begitu mudah dan sederhana.

Walaupun begitu, pada waktu itu saya belum mengenal pasti bagaimana rupa calon istri saya itu. Kalaulah hendak dikata setelah itu kebetulan kami berjumpa, bisa dipastikan saya tidak mengenalnya. Mungkin ada yang menganggap hal ini aneh. Tapi begitulah kenyataannya. :D

Bersambung...


Catatan:

Saya bersyukur karena dijaga dan diberi kekuatan oleh-Nya untuk menghindari pacaran (couple, dating) sebelum menikah. Gelombang yang mengarahkan kepada perzinaan begitu kuat melanda masyarakat kini. Film, sinetron, musik, syair lagu, iklan dan berbagai tayangan tv. Novel, majalah, surat kabar dan berbagai media cetak lainnya. Ditambah lagi penyalahgunaan internet turut serta menyumbang terhadap masalah ini.

Saya bersyukur dan merasa sangat beruntung memiliki sahabat/sahabiyah yang prihatin dan sudi membantu mencarikan jodoh untuk saya. Sehingga saya bisa lebih fokus pada perbaikan diri daripada mencari sendiri.

Sesungguhnya urusan jodoh telah selesai Allah aturkan sebelum kita lahir ke dunia. Kita hanya perlu tau caranya. Semua orang menghendaki jodoh yang baik tapi tidak semua orang mau dan mapu menjadi orang yang baik. Padahal satu-satunya cara untuk mendapatkan jodoh yang baik adalah dengan terlebih dulu berusaha menjadi seorang yang baik.

Wallahu ta'ala a'lam.

1 comment: