IBADAH NAZAR

  • 0
Beberapa hari yang lalu beberapa orang pelajar Program Diploma MTNP datang ke meja kerja saya. Mereka menyampaikan ucapan terima kasih, permohonan maaf serta doa bagi kejayaan mereka dalam menghadapi ujian semester yang berlangsung pada minggu ini dan minggu hadapan. Pada kesempatan itu pula mereka meminta petua dari saya bagaimana untuk mendapatkan pencapaian akademik yang cemerlang.

Saya merasa terdorong untuk berbagi pengalaman tentang apa yang pernah saya lakukan untuk menjaga serta meningkatkan pencapaian akademik ketika masih belajar dulu. Saya tidak teratrik untuk menerangkan tentang strategi belajar dan yang seumpama dengannya disebabkan hal itu banyak diterangkan di dalam buku-buku. seminar-seminar, artikel-artikel di salam akhbar, majalah, dan internet.

Apa yang selalu saya lakukan ketika akan menghadapi ujian adalah bernazar.

Dan apa saja yang engkau infakkan atau apa saja yang engkau nazarkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (al-Baqarah: 270)

Nazar adalah mewajibkan sesuatu ibadah yang pada asalnya tidak wajib sebagai wasilah untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Contohnya, seseorang berkata, "Aku bernazar akan berpuasa 3 hari kerana Allah." Pada dasarnya puasa selain puasa Ramadhan adalah puasa sunat. Tetapi ketika seseorang telah bernazar maka hukumnya menjadi wajib.

Nazar yang dikaitkan dengan hal lain sebagaimana yang biasa saya lakukan ketika akan menhadapi ujian disebut nazr al-mujazah (mukafaah). Contohnya, sekiranya keputusan ujianku meningkat dari sebelumnya ataupun sama seperti sebelumnya, maka aku bernazar akan berpuasa 3 hari berturut-turut karena Allah."

Kenapa kita perlu mengaitkan ibadah kita dengan sesuati permintaan? Bukankah ini bisa dikatakan sebagai tidak ikhlas dalam beribadah? Tentang hal ini saya sudah pernah menulisnya dalam entry BERSEDEKAH TAPI MENGHARAPKAN BALASAN.

Bagi saya nazar adalah salah satu cara untuk mengundang nusrah (pertolongan) Allah. Semakin susah dan payah nazar yang dibuat, insya Allah semakin mudah pula nusrah Allah datang, itu yang saya fahami.

Ibadah nazar boleh dilakukan untuk berbagai hajat, tidak terbatas untuk kejayaan dalam ujian saja. Ibadah ini juga boleh dilakukan dalam berbagai bentuk ibadah yang lain seperti puasa, sedekah, menyembelih qurban dan sebagainya. Dalam hal ini, membotakkan kepala tidak termasuk sebagai ibadah atau bentuk taqarrub kepada Allah. Jadi bernazar untuk membotakkan kepala jika hajat terpenuhi bukanlah nazar yang diterima di sisi syara'.

Wallahu ta'ala a'lam.

No comments:

Post a Comment