DIRIKANLAH SHALAT BERJAMAAH

  • 0
Sahabatku, shalat adalah tiang agama, perkara yang membedakan antara seorang muslim dan kafir (H.R. Muslim, kitab al-Iman: 82), juga perkara yang pertama kali dihisab pada hari akhirat (H.R. Tirmidzi: 413 dan Ibn Majah: 1425). Dan cukuplah shalat sebagai cermin kepribadian seseorang. Bukankah shalat dapat mencegah seseorang dari hal-hal keji dan munkar. Maka bagaimanakah menurut Anda kepribadian seorang muslim yang meninggalkan shalat? Dan bagaimana pula menurut Anda seharusnya kepribadian seorang muslim yang mendirikan shalat?

Sahabat, pernahkah kita mendengar riwayat yang mengatakan bahwa selama hayatnya Rasulullah SAW pernah melakukan shalat fardhu tidak secara berjamaah? Maka bagaimanakah shalat kita sebagai insan yang mengakui mencintai Rasulullah dan mengharapkan syafaatnya kelak tapi enggan mengikuti, bahkan terkadang meremehkan sebagian sunnahnya. Wa al-‘iyadzu billah! Padahal Allah SWT berfirman, "Katakanlah (Muhammad), 'Sekiranya kamu mencintai Allah, ikutilah aku! Niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.' Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Ali 'Imran: 31)

Ketahuilah bahwa di antara ciri-ciri orang munafik adalah malas melakukan shalat (al-Nisa’: 42), tidak shalat secara berjamaah, shalat berjamaah tapi sering masbuq. Bahkan pada zaman Rasulullah SAW sudah cukup menjadi tanda sebagai orang munafik apabila seseorang itu sering shalat di shaf belakang (meskipun tidak masbuq).

Maka bagaimanakah kedudukan seseorang yang meninggalkan shalat? Adakah hal itu disebabkan karena Allah enggan bertemu dengannya sebagaimana ia malas untuk menghadap Allah? Alangkah malang nasib seseorang yang lupa untuk mengerjakan shalat. Alangkah malang nasib seseorang yang lupa untuk mengingat Allah. Padahal Allah berfirman, “Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku” (Taha: 14).

Adakah ia telah lupa tujuan penciptaannya. “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menghambakan diri (beribadah) kepada-Ku” (al-Dzariyat: 56).

Karena ia telah menyia-nyiakan dirinya sendiri. Karena telah hilang rasa cintanya kepada Kekasihnya yang Agung. Bukankah ketika seseorang jatuh cinta, ia merasa rindu untuk bertemu dan suka bila disuruh?

Pertanyaan-pertanyaan di atas bukan untuk dijawab dengan lisan atau tulisan tapi jawablah dengan tindakan yang disertai iman.

Wallahu al-Musta'an. Wallahu ta'ala a'lam bi al-shawab.

Ya Allah, bantulah kami untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan memperbaiki ibadah kami kepada-Mu.

No comments:

Post a Comment