KETIKA 'UTUSAN' ALLAH DATANG KEPADA KITA

  • 3
Raisul Fadhla menganggap peminta-minta yang datang kepada kita adalah 'malaikat' yang diutus oleh Allah. Siapapun dan bagaimanapun keadaannya. Terbesit perasaan menyesal dan kecewa jika tidak ada yang bisa diberikan untuk menolongnya. Karena bisa jadi melalui 'utusan' itulah Allah akan memberikan berkah yang melimpah kepada kita. Bagaimana dengan Anda? (8:48)

Status saya di facebook pada
12 November 2009 yang lalu itu mendapat beberapa respon yang positif. Hanya ada satu pertanyaan yang diajukan. Pertanyaannya adalah sebagai berikut, "Trus gimana dong dengan peraturan pemerintah yang melarang masyarakat untuk memberi pada peminta-minta, karena disinyalir peminta-minta yang berada di sekitar kita telah diorganisir dan disulap menjadi sebuah perusahaan 'CV/PT peminta-minta' yang mendatangkan rejeki bagi pengelolanya."

Saya menjawab pertanyaan tersebut dengan singkat, "Ana rasa kalimat 'siapapun dan bagaimanapun keadaannya' sudah menjawab pertanyaan A*****. W
allahu ta'ala a'lam bi al-shawab..."

Kawan, sejauh ilmu saya yang dangkal ini, Alqur'an dan Hadits hanya memberi petunjuk tentang 8 golongan orang yang berhak menerima sedekah/zakat (
al-Taubah: 60), di antaranya adalah golongan faqir dan miskin, tapi tidak pernah meletakkan syarat orang yang bagaimana yang tidak boleh ditolong. Tapi entah mengapa terkadang kita suka berdalih dan tangan kita terasa begitu berat utk terhulur.

Saya begitu menghormati profesi seseorang, bahkan 'profesi' sebagai peminta-minta sekalipun. Oleh karena sumber rezekinya dari meminta, adalah bentuk
syukur kita kepada Allah dengan membantunya karena profesi kita lebih baik dari dia. Coba bayangkan, begitu besar pengorbanan yang diperlukan untuk terpaksa menjadi peminta-minta.

Anda tahu profesi sebagai sales? Coba tanyakan kepada mereka bagaimana perasaannya ketika ditolak, padahal dia menjual sesuatu bukan meminta-minta. Bandingkan pula bagaimana perasaan seorang peminta-minta yang telah mengubur hidup-hidup harga dirinya, memotong putus urat malunya, demi secebis harapan supaya ada hati yang mengasihaninya, tapi semua pengorbanannya itu ditolak?
Semoga kita tidak termasuk orang yang suka menolak peminta-minta, walaupun hanya sekedar mengucapkan kata, "MAAF". Karena tidak ada seorangpun di dunia ini bercita-cita menjadi peminta-minta. Karena sekiranya kita benar-benar memahami konsep sedekah, maka sebenarnya kitalah yang 'perlu' kepada mereka bukan mereka yang 'perlu' kepada kita.

Anggap saja
peminta-minta yang datang kepada kita sebagai 'utusan' Allah yang datang untuk menguji nikmat rezeki harta kita. Atau anggaplah mereka sebagai 'utusan' khusus yang Allah antar kepada kita untuk mensucikan rezeki harta kita yang sudah lama tidak ditunaikan karena kesibukan, kelalaian atau kelupaan kita. Ketika 'utusan' itu datang, maka bersyukurlah! Bagaimana bentuk syukur itu seharusnya? Dengan membantu 'utusan' tersebut semampunya! Bertakwalah kepada Allah semampumu (jangan diartikan sekedarnya, tapi dengan usaha maksimal).

Wallahu ta'ala a'lam bi al-shawab.

3 comments:

  1. assalamualaikum...rindu kat nta.Entry yg bagus! nta buat apa di ma'ad tahfiz pahang? jadi pensyarah di sana ke?

    ReplyDelete
  2. Wa alaikumussalam, ya akhi! Ana pun rindu sangat kat nta. Ha'ah! Alhamdulillah ana dapat mengajar kat MTN Pahang. Rezeki silaturahim la katakan. :D Ana ada lawat blog nta tapi nak bagi comment tak boleh. Tak tau kenapa...

    ReplyDelete
  3. Benar ya. jika tiada peminta sedekah, bagaimana kita nak salurkan sedekah dan laksanakan ibadat ini? justeru wajar kita berterima kasih kepada mereka kerana memberi kita peluang untuk membuat pahala dan memberi kepadanya bantuan. pasti kita akan dibalas Allah dengan kebaikan dan rahmat-Nya ;)

    ReplyDelete