BISNIS DAN ENTREPRENEURSHIP RASULULLAH SAW

  • 1
Salah satu aspek kehidupan Muhammad SAW yang kurang mendapat perhatian serius adalah kepemimpinan beliau di bidang bisnis dan entrepreneurship. Padahal sebagian besar kehidupannya sebelum menjadi utusan Allah SWT adalah sebagai seorang pengusaha. Muhammad SAW telah memulai merintis karir dagangnya ketika berumur 12 tahun dan memulai usahanya sendiri ketika berumur 17 tahun. Pekerjaan ini terus dilakukan sampai menjelang beliau menerima wahyu. Dengan demikian, Muhammad SAW telah berprofesi sebagai pedagang selama lebih kurang 28 tahun ketika beliau menerima wahyu. Angka ini lebih lama dari masa kerasulan beliau yang berlangsung selama lebih kurang 23 tahun.

Rasulullah dilahirkan dalam keadaan yatim. Dalam usia enam tahun ibunya meninggal dalam perjalanan kembali dari Yastrib setelah menziarahi kuburan ayahnya. Usia 6 tahun beliau sudah yatim-piatu. Sampai usia 8 tahun 2 bulan dibina dan dididik kakeknya Abdul Muthalib yang cukup berada.

Di usia ini kakeknya wafat, setelah itu ia dalam perlindungan pamannya AbuThalib yang tidak semapan kakeknya. Mulai saat itulah pemuda kecil Muhammad berusaha meringankan beban pamannya. Ia menggembalakan kambing dengan naik turun bukit di sekitar Makkah.

Saat berusia 12 tahun Muhammad SAW mulai menyertai pamannya dalam perjalanan dagang pertama kali ke Syria. Abu Thalib sendiri tidak berniat hendak mengajaknya karena medan perjalanan yang sangat sulit melewati padang pasir yang luas. Namun karena Muhammad berkeras untuk ikut, ia terpaksa mengabulkan permintaan tersebut. Sejak itulah Muhammad SAW melakukan semacam kerja magang (internship) yang berguna kelak ketika beliau mengelola bisnisnya sendiri.

Jarak antara Makkah dan Syria ribuan kilometer. Bayangkan umur 12 tahun tidak naik pesawat atau mobil. Anak-anak sekarang umur 12 tahun sedang senang-senangya bermain. Masa kecil kita bukan masa teruji, bukan masa tertempa. Semua dimudahkan oleh orang tua kita.

Sepulang dari perjalanan dagang pertamanya, beliau begitu sering berbisnis bahkan sampai ke seluruh Jazirah Arab sudah terkenal seorang profesional muda bernama Muhammad. Pengalaman Muhammad dalam berdagang ke luar kota Makkah semakin bertambah seiring dengan usianya yang beranjak remaja. Menurut beberapa sumber, ketika berumur 16 tahun, ia ikut pamannya, Zubair, adik Abu Thalib dalam perjalanan kafilah dagang ke Yaman.

Agaknya, profesi sebagai pedagang ini telah dimulai lebih awal daripada yang dikenal umum yaitu dengan modal Khadijah. Ketika merintis karirnya tersebut, beliau memulai dengan berdagang kecil-kecilan di kota Makkah. Beliau membeli barang-barang dari satu pasar kemudian menjualnya kepada orang lain. Sampai kemudian beliau menerima modal dari para investor dan juga para janda-janda kaya dan anak-anak yatim yang tidak sanggup menjalankan sendiri dana mereka, dan menyambut baik seorang yang jujur untuk menjalankan bisinis dengan kerjasama mudharabah.

Dengan demikian, terbukalah kesempatan yang luas bagi Muhammad SAW untuk memasuki dunia bisnis dengan cara menjalankan modal orang lain, baik dengan upah (fee based) maupun dengan sistem bagi hasil (profit sharing).

Dalam melaksanakan bisnisnya tersebut, beliau memperkaya diri dengan kejujuran, keteguhan memegang janji, dan sifat-sifat mulia lainnya. Akibatnya, penduduk Makkah mengenal Muhammad SAW sebagai seorang yang terpercaya. Para pemilik modal di Makkah pada waktu itu semakin banyak yang membuka peluang kemitraan dengan beliau. Salah seorang pemilik modal tersebut adalah Khadijah yang menawarkan kemitraan berdasarkan mudharabah (bagi hasil). Dalam hal ini Khadijah bertindak sebagai pemilik modal (shahib al-mal), sementara Muhammad SAW pengelola (mudharib).

Di usia 25 tahun, beliau menikah dengan seorang milyuner bernama Khadijah. Ternyata dalam kajian tentang Rasulullah, ada hal-hal yang kurang kita bahas. Kebanyakan yang kita bahas adalah ketika berumur 25 tahun beliau menikahi janda kaya raya. Hal ini terkesan negatif. Padahal ketika beliau menikahi Siti Khadijah maharnya mencapai 20 ekor unta yang sekarang jika ditaksir harganya kurang lebih setengah milyar rupiah. Subhanallah! Mana ada pengusaha muda di Indonesia yang mau memberi mahar begitu besar kepada istrinya. Biasanya yang menjadi trend sebagai mahar adalah seperangkat alat shalat. Padahal sebelum dan setelah itu shalatnya juga jarang-jarang.. Wa al-'iyadzu billah

Lebih kurang 28 tahun lamanya Muhammad SAW menjalankan usaha dagang. Wilayah perdagangannya meliputi Yaman, Syiria, Basrah, Iraq, Jordania, Bahrain dan kota-kota perdagangan di Jazirah Arab lainnya. Pasar-pasar yang beliau singgahi merupakan kota-kota utama di Jazirah Arab pada waktu itu. Pasar-pasar itu merupakan pasar regional bahkan internasional karena tidak hanya didatangi oleh penduduk setempat tetapi juga para pedagang bangsa-bangsa lain.

Hal lainnya yang amat jarang kita bahas adalah bagaimana Muhammad menjadi profesional. Umat Islam sekarang tertinggal karena kita tidak mengerti bagaimana menjadi profesional. Mengurus masjid kecil, mushalla, toilet, bahkan sandal saja repot sekali.

Nabi Muhammad SAW mengetahui bagaimana agar perdagangan bisa berhasil. Beliau juga tahu tentang hal-hal yang dapat merusak atau menghambat bisnis perdagangan atau merusak sistem pasar seperti kecurangan, menyembunyikan cacat barang, riba, gharar dan sebagainya. Hal ini tentu tidak dapat dijelaskan oleh orang yang tidak terjun langsung secara praktis dan merasakan dinamika perdagangan dan karakteristik para pelaku bisnis pada waktu itu.

Perjalanan karir Muhammad SAW di bidang perdagangan dapat dirumuskan sebagaimana berikut. Muhammad SAW telah mengenal perdagangan di usia 12 tahun atau diistilahkan dengan magang (internship). Hal ini terus berlangsung sampai usia 17 tahun ketika beliau telah mulai membuka usaha sendiri. Dengan begitu pada usia ini beliau sudah menjadi seorang business manager. Dalam perkembangan selanjutnya, ketika para pemilik modal di Makkah mempercayakan pengelolaan perdagangan mereka kepada Muhammad SAW, beliau menjadi seorang investment manager.

Ketika beliau menikah dengan Khadijah dan terus mengelola perdagangannya, maka status beliau naik menjadi business owner. Ketika usia beliau menginjak pertengahan 30-an, beliau menjadi seorang investor dan mulai memiliki banyak waktu untuk memikirkan kondisi masyarakat. Pada saat ini beliau sudah mencapai apa yang diistilahkan sebagai kebebasan finansial (financial freedom) oleh Robert T. Kiyosaki.

Kemudian beliau sering menyendiri (uzlah) ke gua Hira’. Hal ini terus beliau lakukan sampai kemudian mendapat wahyu pertama. Sejak itu beliau memulai periode baru dalam hidupnya sebagai seorang rasul.

Jadi kita bisa membayangkan bagaimana dahsyatnya perjalanan hidup Nabi Muhammad ini. Hal ini yang jarang kita pelajari, bagaimana etos kerja beliau padahal beliau tidak ada uang. Jadi jangan merasa malu lahir dari keluarga kurang mampu, Rasul bahkan lahir tidak punya ayah. Jangan merasa berpendidikan rendah, Nabi saja tidak pernah sekolah. Jangan merasa tidak punya modal, Nabi pada awalnya juga tidak punya modal sama sekali. Tidak ada alasan yang perlu dibuat-buat. Kita paling hobi memperbanyak alasan. Padahal alasan tersebut hanya akan lebih memperjelas kelemahan kita.

Mengeluh, mencela tidak akan menyelesaikan masalah. Kalau ada masalah yang dapat terselesaikan, silakan saja mengeluh sepuasnya. Kalau ada yang bisa selesai dengan umpatan dan makian, silakan mengumpat. Kita tidak punya banyak waktu, waktu kita terbatas. Satu-satunya pilihan adalah kita harus bangkit. Allah Maha Kaya, mau seperti apa saja keadaannya, rezeki Allah tidak akan berkurang. Ini rumusnya yang akan kita coba bahas.

Kita sudah disiapkan untuk sukses oleh Allah. Sudah diilhamkan potensi baik atau buruk. Kita sebelum dilahirkan ke dunia sudah pernah bertarung dengan 150 juta pesaing yaitu sel sperma dan yang menemui sel telur adalah kita. We are the winner!!! Kita pernah memasuki persaingan dan kita menang. Kenapa ketika kita sudah hidup kita bisa kalah???

Kewirausahaan (entrepreneurship) tidak terjadi begitu saja tetapi dari suatu proses yang panjang dan dimulai sejak beliau masih kecil. Menurut kebanyakan ahli leadership, pengalaman masa kecil dapat mempengaruhi kesuksesan dan kegagalan seseorang. Pengalaman masa kecil juga dapat menimbulkan dorongan dan daya kritis, kemauan mencoba, disiplin dan sebagainya yang akan membantu seseorang untuk mengembangkan rasa percaya diri serta keinginan berprestasi.

Ternyata semua wirausahawan sejati tergantung dari masa kecilnya. Masa kecil seseorang itulah yang menentukan kualifikasi enterpreneurship orang tersebut. Kalau masa kecilnya selalu dimanja, selalu ditolong maka bersiaplah menjadi seorang yang tidak berdaya, mudah menyerah.

Kedua, Nabi Muhammad SAW sebelum diangkat sebagi nabi tidak punya apa-apa, mengapa setelah itu dapat menjadi orang kaya tanpa modal. Karena modal yang beliau punyai adalah Al-Amin yaitu orang yang credible. Mulai sekarang kita harus buat track record menjadi orang yang terpercaya dalam kehidupan kita. Modal kita itu adalah nama baik kita.

Demi Allah, uang itu kecil. Nama baiklah yang mahal. Maka, jangan pernah terpikir untuk licik. Mulut kita satu-satunya ini tidak boleh lagi berdusta. Mulut ini yang membuat kita kehilangan hidup, uang, dan kehormatan kita. Jangan main-main soal bohong ini! Tidak mengapa kita diremehkan, disisihkan dan dikeluarkan karena kita jujur. Daripada kita menjadi sebaliknya...

Karena kita tidak pernah bisa menikmati hidup selama kita berbohong. Cari rezeki tidak perlu bohong, Allah SWT lebih mengetahui kebutuhan kita daripada kita sendiri. Tiap kita itu sudah ditentukan rezekinya, tidak mungkin Allah menciptakan kita tanpa rezeki.

Rezeki dapat dibagi menjadi tiga, yaitu rezeki yang pertama adalah rezeki yang dijamin pasti ada, yaitu makan. Pada saat kita bayi kita tidak bisa mencari makan, apakah kita takut. Hal ini karena kita yakin sudah dijamin. Ari-ari dipotong, setelah itu mendapatkan makanan dari air susu ibu. Jadi setelah kita sebesar ini, apakah masih takut tidak makan. Yang harus kita takuti adalah makan makanan yang kita tidak ketahui halal/haramnya. Demi Allah, kita akan ada rezekinya.

Rezeki yang kedua adalah rezeki yang digantungkan. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai kaum itu merubah nasibnya sendiri. Semua sudah ada ukurannya sendiri. Justru akan gawat kalau rezeki kita sama semua. Kalau kita mencarinya di jalan Allah. Rezeki dapat, pahala dapat, barakah namanya. Kalau mau licik boleh-boleh saja. Rezeki dapat, dosa dapat, haram namanya.

Pencuri, koruptor itu mencuri hartanya sendiri. Kalau dia shaleh pasti ketemu rezekinya. Tidak perlu pakai curang. Tidak mungkin Allah menyediakan rezeki kalau harus pakai cara curang. Jujurlah pasti akan ketemu rezeki tersebut, mau kemana lagi. Ingatlah teori bayi, ketika menangis dengan suara pelan sang ibu hanya menenangkan dan tidak memberi makan. Kemudian si bayi menangis dengan berteriak tentu akan menarik perhatian dan ibu akan memberi makan kepadanya.

Mungkin kita tidak beruntung bukan karena tidak ada jatah kita, tapi kita tidak mengambilnya atau kita hanya mengambil sedikit. Jangan-jangan jatah kita seratus juta perbulan atau bahkan dua puluh empat milyar tapi hanya mengambil lima ratus ribu. Jika sudah bekerja keras itu masih belum cukup. Bekerja keras itu urusan fisik, bekerja cerdas itu urusan otak dan bekerja ikhlas itu urusan hati. Kalau ketiganya jalan bersamaan insya Allah rezekinya mudah.

Rezeki yang ketiga adalah rezeki yang dijanjikan. Kita harus jatahkan, setiap mendapatkannya harus langsung dikeluarkan sedekah/zakatnya. Demi Allah, Allah sudah berjanji barangsiapa yang ahli syukur, Allah akan tambahkan nikmatnya. Tidak akan berkurang harta dengan sedekah, kecuali bertambah dan bertambah. Inilah rumusnya kalau tidak mau harta kita sia-sia.

Wallahu ta’ala a’lam bi al-shawab

Dari berbagai sumber (di antaranya: Aa' Gym dan Syafi'i Antonio)

1 comment:

  1. nice posting. Like this. Salam ukhuwah.

    ReplyDelete